Powered By Blogger

Monday, March 23, 2015

My First Design

This is my first Design. Last night my friend text me she want me to make her a design of a simply house, and I start trough to do that untill mid night, and... this is it!!

Monday, March 2, 2015

Unaware_Joseph Hahn Fan Fiction


...
Aku berhenti didepan majalah dinding yang hari ini menampilkan semua lukisan yang dilombakan. Aku memutuskan untuk melihat-lihat sebentar. Lagipula ini masih cukup siang, maksudku belum terlalu sore. David pasti juga belum ada di depan. Aku tahu sekali bagaimana dia. Jika kuminta menjemput jam 3, pasti dia datangnya hampir jam 4. Jadi karena ini masih jam tiga kurang seperempat, sepertinya tidak apa-apa kalau aku tinggal sebentar.
Aku melihat beberapa lukisan yang menurutku benar-benar cukup mengagumkan. Oke, sebenarnya aku bukan penilai seni yang baik. Aku juga bukan pelukis yang baik. Tapi sepertinya aku bisa membedakan mana lukisan yang mengagumkan dan yang tidak.
Beberapa dari lukisan itu menggambarkan karakter-karakter yang aneh seperti iblis bersayap, kelinci bermata satu, manusia dengan banyak lubang ditubuhnya, dan seorang perempuan yang hanya mengenakan pakaian seperti bikini berwarna hitam mengenakan topeng dengan saluran udara dan menyampirkan sebilah pedang di pundaknya. Aku termenung menatap lukisan yang terakhir itu. Oke, itu lukisan yang aneh. Benar-benar aneh. Apa artinya itu? Aku tidak tau maksud dari lukisan-lukisan di dinding ini tapi rasanya aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari lukisan yang satu ini. Oke, ini memang aneh menurutku, tapi bagus. Sungguh.
Saking asiknya mengamati lukisan itu aku tidak menyadari kalau ada laki-laki yang berjalan di belakangku dan berhenti di belakangku untuk melihat apa yang kulakukan. Laki-laki itu menggenggam ponselnya sembari mengamatiku. Ia kemudian beralih menatap ke lukisan yang tengah kuamati. Laki-laki itu tersenyum sebentar kemudian berjalan pelan kearahku.
Aku masih mengamati lukisan itu dengan seksama ketika laki-laki itu kemudian berdiri disampingku.
It just launched today.” Ucapnya kemudian dan aku seketika terkejut. Aku menoleh padanya. Siapa dia? Sepertinya aku tidak kenal. Aku hanya mengangguk pelan. Laki-laki itu berdiri disampingku sembari melipat lengannya.
Yea, I know.” Jawabku. Aku kembali mengamati lukisan perempuan berpedang itu. Laki-laki tadi melirikku sekilas dan kemudian melihat lukisan yang tengah kuperhatikan. Ia menatapku lagi dengan heran.
I see you notice this picture so excited. Is this weird or something?” tanya laki-laki itu kemudian dan aku menaikkan kedua alisku. Aku menoleh pelan kearahnya dan memaksakan senyum. Jadi dia sejak tadi memperhatikan apa yang kulakukan? Sejak kapan?
Aku menoleh kembali ke arah lukisan yang laki-laki itu maksud dan mengangguk-angguk pura-pura menilai.
Yea, I think it’s weird...” aku mengangguk-angguk sembari mengamati lukisan itu.
Really? Which is weird?” tanya laki-laki itu dan aku berpikir.
I don’t know. Do you think a girl should wear something like that and hold a sword in her shoulder? I think it’s kinda crazy because nobody know this picture mean. I mean, I don’t. I don’t know this picture mean. I think I can more understand the other picture like this...” aku menunjuk lukisan iblis yang besayap. “...and this, and this..” aku menunjuk yang lain. “But truly I don’t know this one.” Terakhir aku menunjuk lukisan perempuan berpedang itu. Aku menoleh pada laki-laki itu untuk melihat reaksinya atas pendapatku. Ia hanya mengangguk-angguk sembari berpikir.
But you find it interesting, right?” tanyanya kemudian. Oke, itu pertanyaan rektorik.
Well...” aku kembali melihat lukisan itu. “...yes, I do. Even if I think this is little weird, but... actually this is totally great and very interesting than the other.” Jawabku. Laki-laki itu memandangiku dan tersenyum.
That’s what the ‘eye-catching’ mean.” Ucapnya kemudian. Apa? Aku mengerutkan kening.
Eye-catching?” tanyaku. Laki-laki itu mengangguk-angguk pasti.
Yea.” Dan aku menoleh untuk meminta keterangan lebih lanjut. Laki-laki itu memeluk dirinya dan menunduk, kemudian mendongak menatap lukisan itu dan menunjuknya.
You don’t have to know the meaning of what you see. The purpose of the creator is make the people interesting by seeing it, and... neglecting everything around it.” Jelas laki-laki itu dan aku mengangguk-angguk paham. Aku kembali menoleh kearah lukisan itu.
Well... its creator must really know it so well.” Ucapku. Laki-laki itu tersenyum. Aku kemudian menyadari sesuatu. Aku baru sadar aku belum melihat siapa pelukisnya. Aku mendekatkan wajahku ke lukisan itu dan mencari di pojok kanan bawah. Lalu aku menemukan sebuah nama tertulis disana.
Joe?” ucapku sembari menunjuk tulisan itu. Laki-laki itu diam saja dan aku menoleh padanya. Ia mengerutkan kening padaku.
This creator is Joe.” Ucapku padanya seolah mencoba memberitahunya. Ia menarik nafas dan menatapku heran.
So?” tanyanya dan aku melebarkan mata.
All of my friends talk about him and say that he’s so interesting with his draw talent.” Ucapku pada laki-laki itu seolah berusaha meyakinkannya. Laki-laki itu tetap saja menatapku heran tapi kali ini ia tersenyum bingung.
So... what do you think?” tanyanya kemudian. Aku melebarkan mata menatapnya dan berusaha mengatakannya. Apa? Apa dia tidak tahu yang kuucapkan? Aku menoleh ke lukisan itu sejenak dan berpikir. Lalu aku menoleh lagi ke laki-laki itu dan berusaha mengatakan sesuatu yang mungkin terdengar konyol.
I don’t even know him.” Ucapku sembari menatapnya dan dia balik menatapku. “You know him?” tanyaku padanya dan dia menatapku heran. Ia berpikir sejenak, kemudian tersenyum seolah menahan tawa.
Sure...” jawabnya kemudian. Aku seketika menghela nafas dan menepuk jidatku sendiri.
I feel like an stranger here.” Gerutuku pada diri sendiri dan laki-laki itu tertawa di sebelahku.
You are.” Ujarnya. Aku menghela nafas dan menertawai diriku sendiri.
No way...” ucapku lirih. Kami berdua tertawa dan kembali mengamati lukisan itu.
Anyway... what do you think this picture suppose to be before you realize that the purpose of it is interested someone?” tanyanya kemudian. Aku menghela nafas pelan dan berfikir.
“Hmm... I don’t know. Maybe this girl should be wear a long dress and standing more girly.” Ucapku dan kemudian aku tertawa tapi laki-laki itu kelihatannya tertarik.
No no no. I’m not serious. That must be exactly more weird than this and not become eye-catching anymore.” Aku langsung mengoreksi opiniku. Laki-laki itu mengamati lukisan itu dan kelihatan berpikir.
I think that could to try. I’ll try it.” Ucapnya kemudian dan aku tersenyum sembari mengangguk-angguk.
I think I should go, now. Bye, stranger.” Ujarnya kemudian sembari berlalu meninggalkanku.
Okay.” Jawabku. Baru beberapa langkah ia berjalan, aku tiba-tiba menyadari sesuatu. Apa dia tadi mengatakan dia akan mencobanya? Apa maksud—,
“Hey, Joe!!” tiba-tiba seseorang berteriak dari belakangku dan membuyarkan lamunanku. Aku refleks menoleh ke belakang dan melihat seorang laki-laki setengah berlari menghampiri laki-laki yang tadi bicara denganku. Aku seketika terkejut dan langsung menoleh kearah laki-laki tadi.
Laki-laki itu berhenti dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Sementara laki-laki yang memanggilnya berjalan menghampirinya, dia menoleh kearahku dan aku menatapnya kaget. Kemudian ia tersenyum padaku.
Hey, do you think you can give me some opinion about this? I made it all the night and I need a perfection to send it today because it’s a deadline.” Aku mendengar laki-laki yang tadi memanggilnya bicara padanya tapi dia masih tersenyum menatapku.
Sure...” ucapnya pada laki-laki tadi sembari berbalik dan berjalan pergi meninggalkanku yang masih menatapnya tidak percaya.
Apa? Apa dia itu yang namanya Joe? Apa orang itu tadi yang namanya Joe? Yang bicara padaku? Yang berdiskusi tentang lukisannya dan aku secara jelas mengatakan padanya bahwa lukisannya aneh? Tidak mungkin...
Aku menatap lukisan itu kembali dan tersenyum kecut.
You...” ucapku sembari melangkah mundur. “...great.” tambahku.
***
Haven’t you see the picture in the wall magazine today? I really like to see it. Do you know what’s Joe draw for this competition? Once again he draw something amazing. You have to see it soon, Larry. Well, I’m gonna wait you today after school in front of the wall. Bye, buddy.” Aku membuka pesan suara yang sejak jam pertama tadi bersarang di ponselku. Aku langsung menutupnya begitu pesannya selesai dan memasukkannya kedalam saku dan kembali melihat latihan di lapangan.
I’m not... gonna go there anymore.” Janjiku pada diri sendiri.
Aku masih tidak habis pikir bagaimana aku bisa bicara begitu padanya. Dasar penipu. Kenapa dia tidak memberitahu namanya ketika aku tanya padanya apa dia mengenal Joe? Sial, dia memang menjebakku.
Aku melihat kembali ke lapangan dengan kesal. Dan seperti apa yang dia lakukan belum cukup saja padaku, aku melihatnya berdiri di seberang lapangan sembari menatap kearahku. Aku terkejut melihatnya. Mau apa dia?
Joe tersenyum dan aku mengalihkan pandangan dengan bingung. Apa aku harus pergi dari sini? Aku melihatnya lagi dan ia berjalan kearahku dengan masih tetap tersenyum. Aku tidak percaya ini. Dia mau mengejekku atau apa?
Dia menaiki tangga di sisi bangku penonton dan aku mengalihkan pandanganku jauh-jauh darinya. Mencoba terlihat benar-benar tertarik dengan apa yang terjadi di lapangan. Aku bisa merasakan ia masuk ke barisan bangkuku dan semakin mendekat. Aku masih tidak mengalihkan pandangan kearahnya. Kemudian ia benar-benar berhenti di sebelahku, berdiri.
Hey,” sapanya kemudian dan aku berpikir untuk pura-pura tidak mendengar. Oke, itu pasti akan terlihat bodoh. Apa aku tidak sadar dia sedekat itu? Kemudian aku memutuskan untuk tidak menghiraukan apa yang akan ia katakan padaku jika aku membalas sapaannya. Akupun menoleh dan mendongak padanya karena ia masih berdiri sementara aku duduk. Aku memaksakan senyum yang lumayan lebar padanya tapi sejujurnya aku ingin ia tau kalau aku tidak ikhlas melakukannya. Memangnya aku peduli?
Hey, Joe.” Ujarku dengan menekankan suara pada namanya. Aku melihatnya tertawa tertahan tapi ia menatapku seolah aku aktris komedian.
So you know my name now?” tanyanya kemudian. Oh, dia benar-benar mengajak berkelahi kelihatannya. Beruntung aku masih memutuskan untuk bersabar, jadi aku tetap tersenyum.
Yea, whatever.” Ucapku sembari memalingkan muka. “Holy shit,” aku menambahkan dalam bisikan. Kenapa aku tidak bisa menatap senyumannya itu? Aku tidak mendengarnya mengatakan apapun ketika aku memilih untuk memandang ke tepi lapangan ketimbang ke arahnya. Tapi kemudian ia bicara.
Actually, I went here ‘cause I want to show you something,” ucapnya. Tidak bisa tidak. Tentu saja aku cukup terkejut dan jadi penasaran. Tapi aku belum memutuskan untuk menoleh. Apa lagi kali ini? Dan karena dia tidak berbicara lagi, aku memutuskan untuk membuatnya senang dengan kenyataan bahwa aku memang penasaran. Jadi aku menoleh dan mengerutkan kening padanya. Asal kau tahu, kali ini aku tidak berpura-pura.
Show me what?” tanyaku heran. Aku baru sadar dia menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Ia memegang entah apa itu dengan tangan kanannya kemudian ia menariknya dan merentangkan sebuah lukisan padaku. Aku melihat apa yang terlukis disana dan seketika aku melebarkan mata tidak percaya.
Ta, da.” Ucapnya datar dan aku masih terbengong menatap lukisan itu. Dia benar-benar melakukannya. Dia benar-benar melakukan apa yang aku katakan tentang lukisannya di majalah dinding yang dilombakan itu. Dia melukisnya. Ya, dia benar-benar melukisnya. Seorang perempuan berdiri di tanah gersang dengan pakaian yang sangat girly, dan ia berdiri dengan gaya seperti layaknya seorang model, tetap memakai topeng bersaluran udara yang sama persis dengan lukisannya di majalah dinding itu, dan kali ini dia tidak membawa pedang, tapi seekor kelinci berdiri didepannya dengan memakai topeng yang sama dan saluran udaranya terhubung dengan si perempuan. Aku hanya bisa memandangi karyanya itu tanpa bisa mengatakan sepatah katapun. Joe menatapku seolah menunggu apa yang aku ucapkan dan aku benar-benar berusaha untuk mengatakan sesuatu.
Uw...wow!” akhirnya hanya kata itu yang bisa kuucapkan. Joe tersenyum dan aku mengulurkan tangan untuk mengambil lukisan itu dari tangannya. Ia memberikannya padaku dan kemudian duduk di sebelahku sementara aku menunduk mengamati lukisan itu.
Wow, it’s... it’s amazing.” Ucapku. Aku bisa merasakan Joe tersenyum menatapku disebelahku begitu dekat. Aku menoleh padanya dan terkejut betapa dekatnya ia duduk disebelahku. Aku menarik wajahku sedikit menjauh dan senyumnya memudar.
You really did what I said?” tanyaku tidak percaya dan sejenak kemudian ia kembali tersenyum.
Yap. So what do you think?” tanyanya tanpa berusaha menjauhkan wajahnya dariku. Aku akui aku sedikit grogi dengan keadaan ini, tapi aku masih benar-benar tidak percaya dengan lukisan yang aku pegang. Aku menggeleng padanya tidak percaya dan kembali menunduk melihat lukisan itu di pangkuanku.
You should give it to the competition,” ujarku seraya kembali menatapnya. “Really, I’m serious. Right now.” Tambahku. Ia menatapku sejenak kemudian tersenyum dan mengambil kembali lukisannya dari pangkuanku. Aku masih menatapnya. Maksudku, aku sungguh-sungguh. Sungguh.
I don’t want to give it to everything or everyone. This is my secret drawing.” Ujarnya sembari menatap lukisannya. Aku mengerutkan kening heran. Lalu kemudian aku tertawa tertahan.
Sure that’s not a secret anymore. I already know it, remember?” ucapku padanya dan dia mendongak. Kali ini ia tidak tersenyum ataupun menahan tawa. Dia menatapku tanpa ekspresi dan aku melihatnya sebagai tatapan penuh arti.
Yea. Just you and me who ever gonna see this.” Ucapnya kemudian membuatku tidak percaya. Aku tertawa tertahan sembari memalingkan muka. Yang benar saja? Apa maksudnya? Apa dia berusaha merayuku dengan ini? Apa dia mencoba terlihat menarik didepanku? Dan mencoba membuatku tertarik? Begitu? Hufh... mainstream. Baru sekitar dua puluh empat jam yang lalu aku bertemu dengannya. Mana mungkin ini akan berhasil padaku? Yang benar saja, man? Dan kemudian saja aku terpikirkan sesuatu. Kalau aku baru bertemu dengannya kemarin sore dan hari ini dia menemuiku lagi dengan membawa lukisan itu, berarti dia membuat lukisan itu tadi malam? Satu malam? Sebagus itu? Oke, mungkin itu cukup untuk membuatnya menarik dan membuatku cukup tertarik. Aku tersenyum dalam hati menyadari apa yang aku pikirkan. Hoho, yang benar saja?
Aku menghela nafas ringan dan mencoba kembali ke kehidupan nyata.
So...” aku menoleh padanya. “What are you doing here?” tanyaku dan pada saat yang bersamaan, dia mengucapkannya juga dengan kalimat yang sama persis. Dia tersenyum dan aku tertawa ringan.
Do you read someone’s mind now?” tanyaku menggodanya. Dia hanya tersenyum dan menunduk. Apa aku tidak salah lihat? Apa dia benar-benar kelihatan malu?
I don’t read anybody’s mind.” Jawabnya seraya mendongak. Aku menatapnya dan dia balik menatapku. Aku tidak tahu apa ini. Dan aku tidak mau tahu. Belum. Aku mengalihkan pandangan dan berusaha bersikap biasa saja.
So you’re just gonna keep that picture just for yourself?” tanyaku tanpa menoleh padanya. Beberapa saat dia tidak menjawab. Tapi kemudian, “You can keep it if you want.” Ujarnya dan aku menoleh menatapnya.
I can make it again but maybe I’ll create it by computer.” Tambahnya. Bukan itu yang aku maksud dan aku yakin dia tahu itu.
You, want me to keep the original of your draw that you call it as a secret drawing?” tanyaku tidak percaya. Dia menatapku sejenak tanpa ekspresi dan kemudian mengangguk. Ia tersenyum dan aku tertawa ringan.
Aku mengalihkan pandangan dan berusaha bersikap biasa saja. Oke, dia aneh. Aku tidak mau secepat ini. Bagaimana bisa aku tidak berkedip menatap mata coklat yang jernih itu. Aku benar-benar harus bangun sekarang. Dan akupun sadar, sebelum ini terlalu jauh, aku harus menghindar.
Sampai aku tahu sejauh mana dia bersikap, aku akan tetap menyimpan ini, meskipun sebenarnya aku setengah yakin dengan apa yang aku rasakan. Tapi itu juga berarti satu hal. Bahwa setengahnya aku juga belum yakin dengan apa yang aku rasakan.
***